If we put dunya as our barometer, we'll never truly find happiness. Those words above, sometimes feels like a stab in the heart, for truth very rarely doesn't hurt. The question is, when we stare at the truth right in the eye, can we recognise it?
tunjukkan aku jalan yang lurus ya ALlah~! (kredit kepada pemilik gambar) |
Bahkan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedang dia pula berusaha supaya baik amalannya, maka dia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita. (Al-Baqarah : 112)
Dalam ayat ini, Allah memberikan jaminan bahawa kita akan beroleh keamanan dari hal buruk yang kita takuti. Kita tidak akan takut menghadapi masa yang akan menjelang, dan kita tidak akan merasa sedih dengan segala hal yang kita tinggalkan di masa yang telah lalu....
"Sesungguhnya agama Allah akan dibantu - dengan adanya kita atau tidak - jadi kenapa kita tidak mahu menjadi sebab datangnya bantuan? Dan sesungguhnya kebenaran akan tertegak - atas tangan kita atau selainnya- maka kenapa kita tidak mahu menegakkan panji-panjinya? Dan sesungguhnya kebatilan akan hancur dengan izin Allah - dengan usaha kita atau orang lain- jadi mengapa kita tidak mahu menjadi orang yang pertama menghancurkannya?!"
-Dr Solah Abd Fatah al-Khalidi, Haqaiq Quraniyyah Haula al-Qadiyyah al-Falastiniyyah, m/s 26, Filastin al-Muslimah
Melihat orang-orang di sekeliling saya, saya berasa cemburu. Cemburu sangat-sangat akan apa yang dimiliki, dinikmati mereka. Saya sangat cemburu, kerana perkara itu saya sangat-sangat inginkan. (rajinnya nak terangkan feeling sendiri-_-)
Tapi.... Harus banyak-banyak sabar dan syukur....
With what I have in my hands today, how have I used them?
Masa yang tinggal semakin suntuk, bagaimana persiapan yang sudah dilakukan?
Bagaimana batu-bata yang sudah disusun?
Tiada siapa yang memilih saya untuk berada di sini melainkan Allah.
Kadang-kadang suatu benda tu kita tak pernah minta, namun Allah beri kepada kita. Letakkan atas bahu kita.
Kita mahukan perkara lain, perkara lain yang didapatkan.
Adakah pertanyaan 'kenapa' pernah terbit di fikiranmu? Jika iya, maka renungkanlah kembali keimananmu kepada qada' dan qadarNya.
Yakin, kena yakin jugak! Bahawa setiap apa yang ditentukanNya, itulah yang terbaik. InsyaAllah.
Teman-teman... Kita semua akan dihisab di akhirat kelak. Semua amalan akan dikira satu persatu. Saat itu, kita akan sendiri-sendiri tiada yang nak teman.
Bersediakah kita? Bagaimana persiapanmu? Bagaimana perancanganmu? Bagaimana amalmu wahai bakal-bakal jenazah?
Biar ingatan tentang kematian sentiasa menggerakkan kita.
Tolak tepi dulu cemburumu wahai hati. Mungkin itu hanya talbis iblis yang mahukan engkau kufur kepada segala nikmat di depan matamu. Allah sebaik-baik Perancang...
Mode: Overthinking everything. Akibatnya, tak dapat melelapkan mata sebab fikiran terus bergerak tanpa mahu berhenti. Allah......
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
sumber sama spt di bawah |
[link] dan artikel best |
“Orang yang menuduh harus memberikan bukti dan yang dituduh memberikan sumpah” (Tirmidzi, no. 1261)
“Tidak termasuk umatku; orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama” (Ahmad, no. 21693)
“Setiap anak keturunan Adam bisa berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah dalah mereka yang bertaubat.” (Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
“Apabila seorang hakim mengambil kepoutusan, lalu dia berijtihad dan ijtihadnya itu benar, maka dia mendapatkan dua pahala. Dan jikadia mengambil keputusan, lalu berijtihad dan salah, maka dia mendapatkan satu pahala.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud)
“Barangsiapa yang kesukaannya adalah menjelek-jelekkan ulama dan membuat orang lari dari mereka, serta memperingatkan orang agar berhati-hati dengan mereka; sesungguhnya yang dia lukai bukan hanya seorang ulama saja, melainkan perbuatannya itu melukai peninggalan Nabi Muhammad SAW.”(www.islamgold.com)Ibnu Taimiyah (rhm) pun berkata, “Banyak kalangan ulama salaf maupun khalaf yang mengatakan atau mengamalkan sesuatu yang sebenarnya perbuatan bid’ah. Atau kadang hadist dhaif dikira hadist shahih, atau karena ayat Al Quran yang tidak mereka pahami sebagaimana maksudnya. Atau mungkin suatu masalah yang belum sampai hujjahnya kepada mereka. Dalam hal ini jika ia adalah orang yang bertakwa kepada Rabb-Nya sekuat tenaga, maka dia termasuk orang yang Allah firmankan: Ya Tuhanku, janganlah Kau siksa kami jika kami lupa atau tersalah.” (Majmu Fatawa, 19/191-192).
credit : [link] |
KUALA LUMPUR: Malaysian students at the Brawijaya University in Malang, East Java, are still traumatised over the murder of Adrian Jay Pereira as he was a well-loved person.
Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh. This is from a lecture by brother Nouman Ali Khan, ‘Majesty of Divine Speech - Characteristics of the People of Jannah’.
Characteristics of the People of Jannah
Surah ‘Ali ‘Imran; 133-136
(133) وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
And hasten to forgiveness from your Lord and a garden as wide as the heavens and earth, prepared for the muttaqin (righteous,pious).
(134) الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Those who spend [in Allâh's Cause - deeds of charity, alms, etc.] in prosperity and in adversity, who repress anger, and who pardon men; verily, Allâh loves Al-Muhsinûn[] (the gooddoers).
Spending when it is easy and when it is difficult. People tend to show gratitude when things are good. We tend to have an attitude to give thanks when we are feeling good. But when things are bad, we feel like we're never going to get it (what we give) back.
Whoever has taqwa Allah will make for him a way out. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam promises us that our money will never experience loss when we give sadaqah. Everything we give will be returned to us eventually, and it will be returned and multiplied!
All because of our taqwa to Allah.
Giving for the sake of Allah subhana wa ta’ala is an opportunity to become more conscious of Allah’s presence. Thus, this strengthens our iman.
Allah subhanah speaks to us in terms of trading for we can understand. Verily what we spend is not ours, even He owns our souls.
Yet Allah says,
“If you loan Allah a goodly loan, He will multiply it for you and forgive you. And Allah is Most Appreciative and Forbearing.” (Surah at-Taghabun; 17)
Indeed Allah knows that humans are greedy.
Note that in this ayah (‘Ali ‘Imran; 134) Allah does not mention what these people spend. Allah does not specify further thus it is not limited to wealth only. So what you spend here can also include your time, your energy.
It includes your priority for you give, sacrifice, for you invest those you love for the sake of Allah to acquire this attribute of taqwa, and to attain His mercy — Jannah.
The next characteristic: swallowing anger.
And who restrain anger
الْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ is to swallow anger.
The important thing to understand is swallowing. For example when someone's eating an apple, you can see that the person is chewing it. But when someone swallows it, can you see if something's there? It's gone.
But for us, sometimes when we try to restrain our anger, it still shows on our faces, we have a certain look that people can tell from or a certain behaviour when we're in anger. There's an expression of anger.
The meaning from these ayah is those people completely restrain their anger as though nothing happens; as though nothing is wrong. They do not chew it, but swallow it completely.
They do not express their anger and so there is no chance for the people around them to ask, ‘What’s going on?’ It doesn't even come to that point because they can't even see it in their faces. And they do this continuously, consistently.
And the He says, who pardon the people -
those who lovingly forgive the people over and over. You can forgive people and still be mean to them, by mentioning that they have wronged you. What do you achieve by saying that? You are silently insulting him/her. This is a show of arrogance.
When you truly forgive someone it is in private. When you make du'a for yourself you make du'a for him too. In the seerah, sometimes Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam was upset with the sahabah. Until the ayah came down- It is from the mercy of Allah that you are lenient towards them. If you were hard hearted and harsh and stern, they would have run away from you.
The sahabah would have run away from Rasulullah. The sahabah who's iman is much greater than us!
So when you truly forgive someone, do it completely,lovingly and privately and even they make du'a to ask Allah to forgive the people, and never recall to insult. They forgive not for those who don’t deserve, but solely for the sake of Allah.
When someone has wronged you, assume that you have two choices: to continue showing your anger because that person deserves it, or, to forgive that person for the sake of Allah for you can attain His forgiveness?
and Allah loves the doers of good;
And truly Allah subhanah, our Lord, our Creator, loves those who excel in their deen.
The 3 characteristics:
-those who spend during ease and hardship,
-those who swallows their anger,
-and those who forgive (out of love).
And Allah loves the muhsinin, those who excel in their deen. May Allah make us from them, ameen..
Muslims have to be more forgiving and loving... we can never judge a persona and know where is a person's position with Allah. Maybe that person whom we are harsh to are much closer to Allah than ourselves...
Some people even choose the masajid to pray at just because of differences in ideologies. There is a lack of priority which prevents us from thinking clearly.
The next ayah, after Allah says run to forgiveness and jannah:
(135) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُوَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
And those who, when they have committed Fahishah (illegal sexual intercourse etc.) or wronged themselves with evil, remember Allâh and ask forgiveness for their sins; - and none can forgive sins but Allâh - And do not persist in what (wrong) they have done, while they know.
And those who, when they commit an immorality
فَاحِشَةً means shamelessness, it can be by seeing, words, or eyes, or deeds, anything shameless to fulfill our lust. It is when you do something because you are overwhelmed by lust. And then the next kalimah 'Auzalamu anfusakum' means- or they've wronged themselves. something you do that does not bring any worldly benefit but you do it anyway, i.e jealousy, ghibah, etc.
or wrong themselves [by transgression], zakarullah- Remember Allah(immediately) and seek forgiveness for their sins -
Allah does not say ‘THEN remember Allah’.
Sometimes when we have wronged someone, we tend to avoid them. Because we feel shamed to have acted in a bad way to them. Syaitan uses this against us. In this condition, we are not doing wrong to our parents or teacher we can avoid, but we have disappointed Allah! While Allah is Most Forgiving.
Another example is when a mother spanks a child. He cries, but who does he run to? His mother, who spanked him in the first place. Why? Because all the other people are strangers, and only she can protect him, even if she's mad at him. He still goes to her. Ponder that for a while. Why do we have to run away from Allah?
Everyone who has sinned, there is still hope :)
So those people mentioned in this ayah — as soon as they did wrongdoing, they remember and mention Allah simultaneously, immediately. And who can forgive sins except Allah? and [who] do not persist in what they have done while they know. إِلَّا اللَّهُوَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
When these people sincerely make tawba, they do not insist upon what they had done. Although one day they would do the sin again, it would be unintentional deed and they would immediately remember Allah and seek forgiveness.
When we have sinned, and we ask forgiveness from Allah, we would feel shame. We have done something hideous and we mention his name, we would feel shame if our tawba is genuine. When you say sorry to someone, you look sorry, you feel sorry. Even more so when we ask Allah for His forgiveness...
May Allah gift us with understanding of this deen.
(136) أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Those - their reward is forgiveness from their Lord and gardens beneath which rivers flow [in Paradise], wherein they will abide eternally; and excellent is the reward of the [righteous] workers.
Notice that these characteristics of the people of Jannah are ‘sandwiched’ by the mention of Jannah. SubhanAllah! May Allah make us among these people. Ameen ya Rabbal ‘alameen.
Edited with a few additions from a post on tumblr by ukhti Merubinsu
p/s: Kalau tak ada software nak download video, boleh download 'direct' dari keepvid.com . Masukkan url, dan download. Moga bermanfaat ;-)
p/s2: Please don't ask for my tumblr account :-)
p/s3: Most of the translation was taken from UIA's Quran translation.
Allahua'lam~
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Baru-baru ni ada banyak kejadian yang berlaku terhadap diri sendiri dan sahabat-sahabat yang menyebabkan saya terfikir, betapa sangatlah pentingnya untuk sentiasa menjaga muamalat antara lelaki dan perempuan. Kalau ikutkan fikiran, rasa macam dah bosan asyik tulis tentang ni tetapi manusia memang kena sentiasa diperingatkan berulang-ulang kali.
Biasalah, bila berbincang dengan perempuan, pastilah kita sering cenderung untuk menyalahkan lelaki atas segala permasalahan yang sedari awal tidak patut timbul. Namun apabila difikirkan kembali, pohon tidak akan bergoyang jika tiada angin~
Salah satu perkara yang sering buat kami (perempuan) tertanya-tanya adalah kenapa lelaki 'senang' untuk diajak bersembang dengan perempuan yang kononnya dikatakan sebagai 'biasa-biasa', boleh bersenda gurau, tetapi apabila dengan perempuan 'bertudung labuh' atau 'akhwat' sangat menjaga pergaulan. Nampak seperti tidak ada pendirian disini. Ada beberapa jawapan yang pernah diberikan, seperti kita bercakap dengan mereka ikut rentak mereka, dia A kita ikutlah cara A, dan contoh lain jawapan seorang ustaz yang popular : "Sebab dengan mereka ('akhwat') kita tidak cenderung untuk tertarik kepada mereka jadi taklah menjaga sangat."
Ada timbul rasa tidak setuju di fikiran... kenapa harus berbeza?
Sering kita mendengar kata-kata 'bercampur tetapi tidak berbaur' namun aplikasinya terlihat sangat lemah. Berbaur lebih. Diri sendiri pun bukanlah sempurna, tidak langsung namun ada beberapa prinsip yang tetap berusaha untuk dipertahankan. Pembaikan dari semasa ke semasa tetap harus berjalan dan muhasabahlah kembali apa salah silap yang telah dilakukan. Kita bukan maksum namun itu bukan alasan untuk tetap melakukan dosa, bukan?
Dan salah satu soalan yang sering terngiang-ngiang di kepala: Bolehkah lelaki dan perempuan bersahabat?
Bersahabat dalam erti kata berkongsi cerita, bercurhat, dan sebagainya. Platonic relationship bak kata orang. Platonic atau tidak, bagi saya mereka tetap halal untuk dikahwini jadi haruslah tetap menjaga aturan, jangan sampai dah terlajak baru nak tengadah. Tapi kalau memang dah rasa macam terlajak tu, cepat-cepatlah tarik balik, istighfar banyak-banyak dan bertaubat untuk tidak mengulangi lagi...
Biar ada jawapan yang konkrit dan jelas atas alasan apa. Kerana apabila sebab untuk bercampur itu tidak ada, maka hilanglah alasan untuk melakukannya, bukan?
Janganlah disangka apabila lelaki sekadar bersahabat dengan perempuan, perempuan itu turut sama begitu. Equationnya tidaklah sama. Men are built differently than woman. Perempuan jiwanya sangat halus, sangat. Dan apabila abang-abang menunjukkan bahawa mereka 'care', fikir-fikirkanlah sendiri apa episod seterusnya. Kita katakan kita berpegang kepada Al-Quran dan sunnah, jadi ikutlah secara keseluruhan bukannya bab ibadah sahaja. Akhlak bagaimana? Itu semua orang lihat. Sunnah itu seluruh kehidupan baginda, bukan sekadar retorik sahaja... (Entah-entah orang bila nampak saya cakap begini ya? Hurm... Kena muhasabah banyak-banyak...)
Dan untuk perempuan pula, jagalah secebis malu kita. Bukankah itu mahkota seorang perempuan? Rasulullah sallaLlahu 'alaihi wasallam adalah lelaki yang paling pemalu, kita contohilah baginda. Tak sebegitu mudah untuk bergurau senda dengan kaum Adam walau di mana pun. Biasanya terutama di alam maya ni rasa malu itu terhakis sikit demi sikit. Bermujahadahlah! Rapat-rapatlah dengan kaum Hawa. Jangan terlalu ikutkan emosi dan nafsu... Matanglah dalam mengurusnya :) Teringat tulisan Imam Muda Asyraf bertajuk "Jatuh Cinta dengan 'Ustaz'nya Dia" kalau tak salah. Sempoi tapi tepat. Katanya, perempuan sekarang dah pandai memilih lelaki... Kalau dulu nak yang hensem kaya etc, tapi sekarang paradigm dah berubah, nak lelaki ala-ala ustaz. Sebab agama itu bekal. Lagi-lagi yang ada rupa kan.. huhu lagilah. Lucu pulak bila baca, tapi memang betul pun rasanya. Tengok jela Asyraf Muslim berapa ramai peminat dia walaupun dia bukanlah seorang ustaz. -_-'
Pokoknya, wanita itu fitnah yang besar buat lelaki. Berjaga-jagalah dengan fitnah wanita!
Dan begitu juga sebaliknya. Lagi-lagi di akhir zaman ni. Wanita pun kena sedar yang mereka itu fitnah(ujian) bagi kaum Adam. Ikutilah aturanNya, insyaAllah selamat... Islam is the best way of life kan? Jaga iman, jaga ibadah, jaga akhlak... Katakanlah : "Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah~"
Sebab itu, bagi saya...
I'd rather set up a mental barrier that I can control, just to protect myself. You may not be seeing the real me~ That barrier may be weak, as I am, but it is there for reasons only I understand. For my deen. For myself. You may not get it, but if you try to understand, you will...
Sekian curhat daripada saya~
p/s: Tidak terlalu melampau dan tidak terlalu longgar. La ifrat wala tafrit. Pertengahan. Wasatiyah~
p/s2: Esok exam.
p/s3: Jangan hilang fokus. Ada target jangka masa pendek dan panjang yang mahu dicapai!
p/s4: Ujian tanda Allah sayang. Kuatkan hati ya Farhana~ Semoga sabar dan syukur tetap jadi pegangan...
p/s5: Ada beberapa perkara yang sangat ditakuti. tapi akhirnya... Takut dan Harap itu hanya layak bagi Allah~
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
''Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Janji kebenaran dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Alquran. Siapakah yang lebih menepati janjinya, daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan besar.'' (QS At-Taubah: 111).
Alhamdulillah,
Semalam kami di Bandung ada menerima beberapa tetamu dari Malaysia, Prof Dr Latif dan isterinya, A.Prof Ikram dan isterinya, Dr Al-Amin, Dr Thuwaibah, Dr Fatimah, dan seorang lagi doktor yang saya lupa namanya.
Oh, tak lupa juga dua tetamu dari Gaza! Subhanallah.............mereka...
Sebenarnya tak tahu macammana nak menggambarkan perasaan sejak semalam. Macam sangat... Sangat. Sudahnya mungkin 'sangat' yang menjadi adjektif.
Bagi saya sendiri, pagi tu bermula dengan cara yang tak bestlah. Berkesinambungan daripada hari semalam. Kalut. Sangat. Tetapi tak perlulah diceritakan kat sini kot:) Cumanya, ada sebab mengapa Allah mengangkat lelaki sebagai pemimpin atas kaum wanita. Khalas~
Alhamdulillah, segala persiapan siap sebelum tiba masanya. Peserta pula lambat, jadi program tak dapat dimulakan. Dalam 8.40am baru bermula perasmian dan seterusnya (lambat sekitar 40 minit!)
Kebetulan sewaktu ISMEC, ada tetamu lain dari Malaysia juga (INTESABER) yang request nak buat debate BM BI dengan student Malaysia, dan tarikhnya sama pulak dengan tarikh ISMEC. Sangat kecewa sebab rasa sayaaaang sangat2, tapi kan taqdir Allah telah mendahului. Saya pulak diminta pada saat akhir (walaupun sudah ditolak hari sebelumnya) untuk menjadi hakim debate BI. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang di dunia Allah akan permudahkan urusannya di DUNIA dan AKHIRAT! Berat hati nak tinggalkan, tapiii..hm. pergi juga , tak sampai hati nak tolak. (Best juga debate. Menarik dan thought provoking)
Natijahnya, saya ketinggalan sebahagian besar daripada slot Prof Latif :'( Habis je debate, saya lari kembali ke bangunan sebelah. Cepat2 masuk kembali ke dalam dewan. Dan walaupun sekejap, tapi sangat sangat menyentuh hati. Rasanya ada ke yang menangis? Ada kot. Menangis yang membawa kepada perubahan insyaAllah..
Waktu slot 2 habis, masih belum ada yang bertanya sebarang soalan setelah habis slot. Mungkin sedang memproses dan memuhasabah diri. Barangkali ya.
Slot ketiga, forum bermula agak lewat pada perkiraan saya. Santai kali ya, rasanya semua penat dari pagi tak berhenti kecuali sekejap. Walaupun semua dah ada dalam dewan tapi masih sempat berborak, sembang-sembang. Santai.
Moderator saudara A (bukan nama sebenar) mengambil tempat, dengan dua panel (seorang lagi masih dalam perjalanan) Soalan-soalan terkumpul sudah ada di tangan. Masa yang ada kurang lebih dua jam sahaja. Bermulalah sesi soal jawab...
Tiba-tiba, masuk 3 orang manusia ke dalam dewan. Dr Basuki panel ketiga dan... dua orang pelajarnya yang baru tiba sekitar 6 Oktober kelmarin. Sewaktu dia bersalaman dengan kedua2 panel, kami di atas mendengar dia kata 'these are my two students.. from Gaza.'
'Bunyi terkejut' pun keluar dari mulut masing-masing. Ada yang terharu dan touching, yelah, orang dari Gaza!! Dan baruu sahaja tiba ke sini. Dan mengalami sendiri segala apa yang kita cuma lihat dalam video2 di youtube. Waktu tu rasa macam sangat... sangat. *undefined*
Untuk makluman, Prof2 itu semuanya sudah pernah ke Gaza. Jadi mereka sudah bercerita sedikit sebanyak pengalaman dan gambar2 dah dikongsikan.. Namun melihat sendiri di depan mata orang yang disangka kita tak akan pernah jumpa dalam hidup di dunia ni, satu anugerah bagi saya. Kenapa anugerah ya?
Forum pun kembali bersambung. Alhamdulillah, input yang ada sangat berguna untuk diri sendiri. Paling terkesan dengan Prof Latif... experience yang beliau lalui. Kagum sangat2. Ini contoh paling realistik yang pernah dilihat, apa ertinya menjadi orang yang hebat, pada pandangan saya yang dhaif dan hanya Allah yang Maha Mengetahui. Tak sempurna, tak terlalu ideal kerana itulah manusia. Namun perjalanan hidupnya, subhanallah. Boleh terlopong kalau orang yang pertama kali mendengar. Inilah orang yang telah dicelup dengan celupan Allah, sibghatullah, pada pandangan saya. Moga Allah merahmatinya.
Malam itu, ada sesi kedua dengan doktor2 yang tidak hadir pada sebelah pagi. Dapat berjumpa dengan doktor2 perempuan dan isteri doktor dan saling berbagi pengalaman dan nasihat :)
Nasihat terakhir mereka