Khabab datang menemui Rasulullah Saw. yang sedang beribadah di Ka'bah. Ia mengadukan ketidakmampuannya menghadapi penyiksaan yang bertubi-tubi : "Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran?! Lalu mengapa Allah tidak segera memberikan kemenangan? Khabab mendesak Rasulullah untuk segera berdo'a kepada Allah, meminta kemenangan.
Membaca kisah ini buat kali pertama, memang membuat hati kita tersentap.
Berapa kali kita merintih dan berdoa meminta sesuatu kepada Allah, namun Allah menangguhkan permintaan kita?
Dan seberapa besar sangatkah masalah kita apabila dibandingkan dengan ujian yang menimpa orang-orang yang telah mendahului kita?
Benarlah kata Rasulullah... kita sering tergesa-gesa.
Kita menyangka iman kita sudah cukup mantap, lalu kita marah apabila permintaan kita tidak langsung dikabulkan.
Kita marah kepada Allah dan bersangka macam-macam, sedang kita lupa bahawa Allah lah sebaik-baik Perancang.
Sedikit penjelasan tentang hadith di atas;
"Dalam menjelaskan hadith tersebut, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengungkapkan, (hadith) ini merupakan isyarat perihal wajibnya bersabar kala menghadapi ujian dalam menunaikan agama.
(Syarhu Shahih Al-Bukhari, 9/356)
Sesungguhnya sikap sabar kepada Dzat Allah dalam menghadapi cobaan merupakan salah satu sebab (seseorang) masuk syurga, kerana sesungguhnya makna ayat (dari surat Al-Baqarah: 214) yaitu bersabarlah kalian hingga kalian masuk surga."
(Tafsir Al-Qur’an Al-Karim)
Bak kata omputih, "Rome wasn't built in a day..."
Sifat sabar itu suatu kewajipan buat seorang muslim... Untuk membina suatu bangunan pun mustahil dapat dibina dalam masa sehari bukan ?
Dan sekecil mana pun permintaan dan kemahuan kita, ingatlah dan tanamkanlah dalam hati...yang berhak untuk menunaikannya hanyalah Allah Ar-Razzaq..
Kewajipan kita hanyalah berikhtiar... Dan selanjutnya, kita serahkan kepada Allah, yang sudah pasti membagi-bagikan rezekiNya kepada setiap makhlukNya... Siapalah kita untuk mempersoalkan Allah yang mentadbir seluruh alam ini, yang Maha Berdiri Sendiri... ?
Jadi tanamkanlah kekuatan sabar dalam diri kita. Menjaga hati kita dengan sentiasa mengekalkan segala sangkaan yang baik terhadap Allah... Dan dari hati yang bersih dan sentiasa positif itu lahirlah semua yang positif insyaAllah...
Hanya dengan begitulah baru memungkinkan kemenangan dalam dakwah... Islam pasti... Pasti menang di akhirnya... Pengakhiran yang kita tidak tahu kapan munculnya...
Sedikit perkongsian dari karya Al-Munthalaq- Ahmad Rasyid
"Untuk menyelesaikan permasalahan dunia Islam pada hari ini, tidak perlu kepada berpindahnya bilangan yang besar dari mereka yang lalai dan menyeleweng kepada berpegang teguh dengan Islam..tetapi apa yang diperlukan adalah MENYEDARKAN mereka yang sudah pun berpegang dengan Islam, membangkitkan KESUNGGUHAN mereka dan memperkenalkan mereka kepada jalan amal dan fiqh dakwah.Masih ramai dari kalangan orang-orang mukmin, bilangan mereka sudah mencukupi untuk menegakkan kebaikan yang kita cita-citakan, tetapi dengan syarat apabila mereka mengenali TAJARRUD, zuhud terhadap dunia, menjauhkan diri dari fitnah, sabar atas segala mehnah dan memahami seni memimpin ummat"
Namun kemenangan itu datang dari jiwa yang kuat... Dan masakan jiwa yg teguh itu didapatkan jika usaha mendapatkan sabar itu kita tidak usahakan.
Maka apa saja mehnah yang menimpa kita dalam kehidupan ini, tidak mungkin tidak Allah menyelitkan tidak sedikit hikmah dan kebaikan di sebaliknya... Begitulah tanda kecintaan Allah kepada kita.
Terkadang kesempurnaan itu kita terlalu sering kejar... Sehinggakan kita lupa bahawa kita juga manusia. Kita ada kelemahan, kita punya kekurangan...
Dan sebenarnya dari kelemahan-kelemahan kita itulah Allah mahu mendidik kita.
Yakinlah...Bersabarlah... Dan teguhkanlah hatimu. Setiap sesuatu ada waktunya. :)
Iman seorang mukmin akan tampak di saat ia menghadapi ujian. Di saat ia totalitas dalam berdoa, tapi ia belum melihat pengaruh apapun dari doanya. Ketika, ia tetap tidak merubah keinginan dan harapannya, meski sebab-sebab putus asa semakin kuat. Itu semua dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa hanya Allah saja yang paling tahu apa yang lebih maslahat bagi dirinya. Ia yakin bahwa dengan ujian itu, Allah ingin melihat tingkatan kesabaran dan keimanannya. Ia yakin bahwa dengan keadaan itu, Allah menghendaki hatinya menjadi luruh dan pasrah kepada-Nya. Atau, boleh jadi melalui ujian itu, Allah menghendaki dirinya untuk lebih banyak lagi berdoa sehingga ia lebih dekat lagi dengan-Nya melalui doa-doanya.
(Shaidul Khatir)
(Shaidul Khatir)
Wallahua'lam. Segalanya kembali kepada persoalan dan kualiti iman dalam diri kita...
Jagalah Allah, jagalah Islam, jagalah iman dalam diri, insyaAllah semua pengakhirannya baik-baik belaka.
Tetap semangatlah wahai pemuda!