http://faidah-ilmu.blogspot.com/2010/12/hikmah-di-balik-doa-yang-tak-terkabul.html
Berkata Imam Ibnul Jauzi (wafat 597 H) dalam kitabnya Shaidul Khatir :
“Aku pernah ditimpa kesusahan yang mendalam. Aku memperbanyak doa sambil memohon agar dilepaskan dari ujian ini. Tetapi jawabannya sangatlah lambat. Maka, mulailah jiwaku gelisah. Tetapi saat itu aku mulai memperingatkan jiwaku.
Aku berkata kepada jiwa : “Celakalah engkau! Merenunglah! Apakah engkau hamba atau seorang yang merdeka yang dapat berbuat semaunya? Tidakkah engkau berfikir, engkaukah yang mengatur segalanya atau ada yang mengaturmu? Tidakkah engkau tahu bahwa dunia ini adalah tempat ujian dan cobaan? Jika engkau minta dipenuhi segala keinginanmu, namun engkau tidak mampu bersabar ketika tidak mendapatkan apa yang engkau inginkan, lalu dimana letak ujian itu? Bukankah termasuk ujian ketika tidak dikabulkannya suatu keinginan? Wahai jiwa, pahamilah olehmu makna pembebanan syariat kepadamu, niscaya akan ringanlah yang berat dan akan mudah pula perkara yang sulit.”
Tatkala jiwaku merenungkan hal itu, ia sedikit tenang.
Aku katakan kembali kepada jiwaku : “Aku punya jawaban kedua. Engkau hanya menuntut hak-hakmu dan tidak pernah peduli dengan kewajibanmu, padahal itu adalah tindakan yang bodoh. Engkau adalah hamba. Hamba yang cerdas akan berusaha menunaikan hak-hak tuannya. Ia tahu bahwa bukanlah kewajiban seorang tuan untuk memenuhi semua yang diinginkan hambanya.”
Mendengar penjelasan itu, jiwaku semakin tenang.
Aku berkata kembali kepada jiwaku : “Aku punya jawaban ketiga. Engkau menganggap jawaban-jawaban bagi doamu sangatlah lambat. Padahal engkau sendiri menutup jalan terkabulnya doa dengan berbagai maksiat. Jika saja engkau buka kembali jalan itu dengan meninggalkan maksiat, niscaya akan dipercepat jawaban bagi doamu. Sepertinya engkau tidak tahu bahwa ketenangan diperoleh dari takwa. Tidakkah engkau membaca dan mendengar firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka … Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (QS. Ath-Thalaq : 2 - 4).”
Jiwaku membenarkan ucapanku. Maka bertambah tenanglah dia.
Aku berkata lagi : “Aku masih punya jawaban yang keempat. Engkau meminta harta padahal engkau tahu akibat-akibatnya. Jika Dia mengabulkan, boleh jadi harta itu akan membahayakanmu. Engkau seperti anak kecil yang sakit gigi tapi meminta manisan. Padahal Zat yang mengaturmu lebih tahu apa yang terbaik bagimu. Bagaimana tidak, Dia sendiri telah berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu (QS. Al-Baqarah : 216).”
Ketika jiwaku memahami apa yang aku sampaikan, semakin mantaplah jiwaku dalam ketenangan.
Akupun mengakhiri nasihatku : “Ini jawaban terakhir. Ketahuilah bahwa apa yang engkau minta akan mengurangi pahala dan menurunkan derajatmu. Tatkala Dia tidak mengabulkan doamu, hal itu sebenarnya adalah sebuah pemberian yang sangat berharga dari-Nya untukmu. Jika engkau minta kepada-Nya apa yang terbaik untuk akhiratmu, maka yang demikian itu jauh lebih baik. Pahamilah kembali apa yang aku terangkan kepadamu.”
Akhirnya jiwaku berbisik, “Aku sungguh merasa sangat tenang dan damai.”
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Post a Comment