Baru-baru ni terjadi suatu peristiwa dalam hidup.
Yang mana membuatkan aku berfikir.
Manusia ni memang bermacam ragam kan?
Konfius.
Adakah yang muda memang perlu sentiasa tunduk pasa yang tua?
Bila yang tua salah, yang muda pulak kena minta maaf?
Aku macam nak tergelak pun ada.
Mulut tu melambangkan hati kita. Dan vice versa.
Ya memang, bila hati dah sakit mulut pun akan mengikut sakit.
Macam bila kita rasa marah, terus je hambur. Tu kalau takde iman la.
Kalau ada iman fuh fuh sabaaarrr.
Jadi bila mulut tu jahat, itu kan tandanya hati tak bersih.
Muka selalu masam takde seri, tu pun tanda hati tak bersih.
Tapi aku hairan.
Ada manusia yg:
Aku mulut je jahat tapi hati baik!
Tiap manusia nak tegur ada caranya!
Lepastu.. Dia kata pulak
Walau macammanapun, be nice.
Support each other. Etc2 nasihat dia punya panjang berjela.
But when it comes to that person on the receiving end of the advice, the previous comment comes out.
I just don't understand.
You are cynical, but expect people to be nice.
You are sarcastic, but hope people to respect you.
You expect people to change but never change your ways.
How does that work?
It has nothing to do with what generation you are. Gen x gen y.
You are human and expected to treat others with respect another human deserves.
Bukannya oh you're young, you know nothing, I know more than you.
Why should I apologise? Never!
As for me, I know I am less than perfect.
I know that sometimes my appearance belies me.
I know I may not be the best representation of this deen.
Stress always gets the best of me and people around me get the brunt of it.
But where is your empathy?
Your love and compassion that you ask for so much and claim I lack?
If I am lacking so much, why won't you show me instead of throwing more and more negative vibes?
Anyhow. I try. Everyday. It's an uphill battle. Sometimes I win, sometimes I lose.
I am sensitive. I tend to get hurt easily and sometimes keep a grudge.
Controlling my emotions are sometimes overwhelming.
And I shut it out by appearing as if I am unfeeling.
But I know that, and I am trying.
Being with positive people has helped me immensely.
Whilst you? You never change, don't want to, as stubborn as stone,
but ridicule me and who I am.
What I do. And take it out on my family.
I sure do pray you find peace instead of taking it out on everyone, and reflect on yourself.
We al need to do that.
And before judging people for what they say online, try to make a real effort to be present in their life.
Sometimes we expect too much from others while we are the ones who are lacking in effort.
I see that everyday with my husband, when sometimes I get angry, in retrospect, I realize that he has done so so soo much for me, his wife, that I have not appreciated. And that makes me want to make it up for all the times I haven't been thankful.
Be thankful and I will increase you. Allah says that in the Quran.
That is my favorite ayah from the Quran and what constantly keeps me going....
May this Ramadhan give us solace... With His Forgiveness and Mercy.
Sorry for the bad english. I will edit when I have the time hee.
Please pray for me jazakallahu khayran katheera.
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Assalamualaikum anddddd hello. It's been such a long time (I say this every time, don't I? LOL)
But yeah, the fact is I don't have time to write. Or maybe I think that my plate is already full now and I love the sleep I get more. Asiyah Amni is crawling all over the place now, and whenever she sees a laptop all she wants is just to bang on it. Or close it. Sooo writing while she's awake is so not happening.
I digress. Anyway, alhamdulillah, finally I'll be graduating soon, early next month. I can't believe now how stressed I was of being left behind, that I considered quitting. But only in my head, deep down in the darkest place in my heart. But I told myself that the end was just soooo close, sometimes you don't realise it until you finally reach it. That's what I keep repeating to myself. All those bad, negative thoughts are just a sign of how weak our imaan is, how little faith we have in Allah and ourselves. And fighting those inner demons are what makes you human. Alhamdulillah, I made it.
And I have a little girl here with me, how amazing is that? MasyaAllah. I wouldn't trade it for the world.
Looking back, eventhough I kept getting sick while pregnant, choosing to taking a break from my studies which few could understand... I did feel all alone. No one was going through what I did. My batchmates who were pregnant as well, their pregnancies weren't like mine. They were able to finish sooner than me. But you know, fate has a way of creeping back at you. When I look back, either way I wouldn't have been able to finish sooner. And it's fine because we all have our priorities. No one is the same and only we know best about our life.
All you got to do is be strong, keep a close connection with the Creator. stay positive always.
Whatever He put you to, He'd bring you through...
I'm going to officially be a doctor soon... and the weight is bearing down on me.
May Allah ease our paths, and should we ever go astray, may His love guide us back to His path.
my little girl, just a bit over a month old, in my arms, on the way back to Bandung. |
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tapi terdetik juga di fikiran... bila dah terlalu lama menunggu, memang ada perasaan nak quit! MasyaAllah. Padahal dah nak habis, cuma tinggal ujian... Betapa melayangnya semangatku waktu itu... rasa sungguh tak berdaya. Nak belajar pun tak semangat sebab tak tahu bila ujiannya.
Dan dalam penantian itu, pulang sebentar ke Malaysia untuk aqiqah anak saudara baru di Johor Bahru.
Sehari setelah pulang ke Bandung, ayahku pula jatuh sakit. Serangan jantung... Terlalu kepenatan drive dari JB ke KL, dan rupanya ayah tak makan ubat DMnya sepanjang dua hari di sana.
Aku minta izin suami untuk pulang menziarah ayah... Buat emergency ERP, beli tiket. Khamis aku pulang.
Hari aku direncanakan pulang, mendapat khabar dr teman, Jumaat mahu judicium. Allahuakbar.....
Aku cuba ke PSPD, minta izin ke koordinator. Tak dapat jumpa beliau, cuma menitipkan ke sekretarisnya.
dan jawapannya- Pokoknya besok judicium, dan semua wajib hadir.
Beliau koordinator baru, dan memang strict. Sebelum ni, tak ada masalah kalau tak datang juducium, asal sudah izin.
Maka burnlah tiketku, dan emergency ERPku.
Aku mahu saja marah ke doktor, langsung tiada hati budi... Siapalah aku. Dan sewaktu judicium juga tidak ditanyakan perihal ayahku....
Cuma 15 minit. Dan aku bisa saja berada di Malaysia waktu itu.
Syukurlah ayah tidak apa-apa.
dan alhamdulillah ujian akhir, minggu depannya dipermudahkan.
dan drama seterusnya magang pula... nanti jelah sambung, biiznillah. Banyak sangat drama tak cukup satu post.
Huhuhu
ps. tulisan macam budak sekolah je hohoho
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Lets appreciate our mothers more, they fought a battle just to bring us into this world. I know I did. But I wouldn't change a thing.
If there is anything I believe, it's that life teaches us. Allah teaches us.
That's tarbiyah.
We live in this life so we could sow in the afterlife.
May Allah give us strength.
May Allah give me strength to be a good mother, to teach my daughter to become a good abid and khalifah. To learn that life has a purpose. Biiznillah!
May she become as strong in faith like Asiyah, the wife of the Pharoah.
Ameen, ya Allah...
gambar takde kaitan. :P |
Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah. Sedang tempoh mengandungnya berserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa tiga puluh bulan. Setelah dia besar sampai ke peringkat dewasa yang sempurna kekuatannya dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun, berdoalah dia dengan berkata: Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatmu yang engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadamu dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang tunduk patuh kepadamu)
|
Bila kenang balik, lemah sungguh waktu ni. Sungguh bodoh, kerana Allah sentiasa bersama... Astaghfirullah.. astaghfirullah.. astaghfirullah...
Permata hati kami... 3.5 bulan. Semoga jadi anak solehah ya sayang. |
Kadang-kadang, (selalu sebenarnya) rasa terlalu susah nak singkir sisa-sisa jahiliyah dalam diri.
Oh if you only knew hard dark my life was back then... T_T
Tapi itulah. Semua orang akan lalui. Bukan semua, tapi orang-orang yang Allah pilih untuk mendapat taufiq & hidayahNya. Ya Allah bersyukur sangat T___T
Hidayah, sebenarnya mudah untuk kita dapatkan. Tapi taufiq itu, kekuatan untuk beramal memang totally datang dari Allah. Kalau Dia tak gerakkan hati kita, tang tu jugaklah kita.
Sebab tu kena selalu doa
Ya Muqallibal Qulub, thabbit qalbi 'ala deenik
Hati kita berada di antara Dua JariNya.... begitu mudah untuk berbolak-balik.
Hmm..
Masih ada beberapa benda yang saya rasa susah nak kikis dalam diri. Suami selalu pesan, jangan ****
Hu, lemahnya diri T__T
( Suami selalu rasa rendah diri, dan mengatakan saya jauh lagi pandai dari dia,bla2, but he doesn't know how much I look up to him on a lot of things, his strong sense of principle and how he acts on them,oh.. )
Betapa diri masih sangat jauh dari hadith nabi:
Masa yang banyak itu amanah.
Semua perkara yang kita buat akan dihisab nanti.
dan bila cuti lama kat Malaysia ni, apalah yang aku dah buat?
Semalam baca dalam surah al-Haqqah
Orang yang menerima kitab amalannya dengan tangan kanan akan kata:
dan akhirnya, tempat mereka di syurga.
Akhiratlah tujuan kita sebenarnya. Tapi menimbulkan rasa benar-benar yakin hingga menggerakkan kita untuk beramal, adakah kita dah capai benda tu...
?
Peluang untuk mengubah diri sentiasa ada.
Yang penting banyakkan berdoa pada Allah, jadikanlah kita benci untuk kembali kepada kekufuran setelah datangnya iman.
Kufur, maknanya sangat luas... Bukan sekadar kafir yakni tidak percaya kepada Allah.
Lawan kufur itu syukur...
Gunakan segala nikmat yang Allah bagi dengan sebaik-baiknya, itulah syukur.
Kadang terasa, untuk sabar dan menelan kemarahan pun suatu yang cukup payah untuk kita.
Macammana pulaklah dengan syukur? Allahu akbar...
Moga Allah selalu bantu kita, tuntun kita, kembalikan nikmat halawatul iman dalam diri kita (saya) . Amin...
Iman: lebih manis dari gula-gula |
p/s: Mohon doakan, proses akhir kehamilan hingga persalinan saya dilancarkan, ibu dan anak selamat...
Mohon dihalalkan semuanya sepanjang perkenalan kita. Moga kita berjumpa di syurga kelak! :)
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
:)
After a few weeks of istikharah and istisyarah between the two, I made my decision. I asked quite a few people, and finally decided to follow my earlier decision. The person I thought would be most suitable for me. When I performed the istikharah repeatedly, I felt nothing but calmness and acceptance. So I went ahead.
He answered all my questions, added a few of his own, I replied, then I think that was it.
Shortly, we decided to continue to the next step and inform our parents.
He then requested for us to meet, since he wanted the details of my parents (I could have easily given them online) and also discuss possible dates.
My OT and I personally didn't think it was necessary since I already knew what he looked like, and I didn't have anything to ask him since all the important ones I've already asked, but since he insisted, I complied.
He was living in Bandung at the time, I was in Jatinangor.
We met at one of the mosques nearby. Our OT started by reminding us the utmost reason we wanted to nikah was for Allah and as ibadah, and to always renew our intentions so we may always be in obedience to Allah.
:')
After exchanging details, he asked what was my plan for the future, when did I plan to nikah. I said I wanted to be married within this year, probably December, as I mentioned before. He wanted to confirm if it was my parents wish or mine (my father didn't want a long engagement for us) so I said, both. There were only two possible dates, Syawal or December when there was quite a long holiday. Anyhow, those were for our parents to discuss.
All in all, it was a very short and straightforward taaruf process. I did get to know a little about the kind of person he was while we were in BAIK, albeit from a distance. What was the use of getting to know a person for too long anyway, as you only really know a person after you marry him.
To cut a long story short, on 26th February his family came for merisik. Just before starting clinical training. For me I didn't think it was necessary, why not just straight to bertunang since it's the same thing anyway, but my father is old school, he wanted to follow all the process, n he said I could get two rings -_-" Ayah, ayah..
During the merisik they discussed when our engagement and nikah would be held. Of course, I wasn't at the scene to witness this. My brother came inside the room where I was waiting and said 'Ayook Ana kau bertunang empat bulan je'
What he meant was, we were to be engaged in August and married four months after that, in December. Kurang asam punya abang, saje je bikin suspen -_-'
What never ceases to amaze me is that my father accepted him even without meeting him. I think I gave a picture, I don't really remember, and a few details about him and his family. He was so accepting.
No long interview or hesitance, alhamdulillah:) He probably knew I was a sensible girl and knew how to choose a husband for myself ;) Perasan~
We got engaged on 25th August, there was drama before that as well as my now father in law suggested for us to get married instead of engaged one month before the date!
Both of us were fine with that, except my dad who wanted me to marry on the same day as my sister. Raya wasn't possible since her future FIL was in Italy for training. Besides, there was no way all the documents would be finished on time! So no can do, tunang je lah jawabnya.
24th December, we were married finally. Alhamdulillah, after a year + it all began :)
Pretty simple, no drama, each step was given ease by Allah throughout the process, alhamdulillah thumma alhamdulillah...
24/12/2012 in one lafaz, we were united :) |
In October we returned home to settle all the forms, kursus, medical checkup and whatnot, and also my sister in law's wedding in JB. That was the only time our two families met before the wedding, since Selangor and JB isn't a stone's throw away.
So apart from our parents who sometimes 'kirim barang' to us, and once to settle the marriage preparations, we never met except for our weekly ta'lim in Sukagalih, all the time acting like the other didn't exist (malu ok!)
Whenever there was a need to discuss anything, we did, but never through calls since it didn't seem necessary. I was busy anyways, starting my clinicals at the hospital, with three large departments before the marriage, internal medicine, pediatrics and O&G. There was never any 'tanya kabar' as well, just thought that would be weird since he was close by, maybe it was ego too :j
After the marriage, we both said the other was too sombong :))
But insyaAllah, we wanted Allah to bless us, our planned union, although we weren't perfect but we did our best to maintain our relationship with each other and Allah. We were tested, most of them after we were engaged in August with a few issues, but alhamdulillah in the end everything turned out fine.
Now we're waiting for our little bundle of joy to arrive...
5 weeks biiznillah and we'll start another journey together as parents :)
Dearest Muhammad Arif, I love you with all my heart, fiLlah, and I'll never be able to thank Allah enough for blessing me with you :)
You have been Allah's greatest gift to me, although I feel I am forever undeserving.
Allah has lend us to each other, so may this union bring us closer to Him and his forever Jannah.
We've started this baitulmuslim, and may we continue to build this baitulmuslim together...
Until Jannah, insyaAllah.
Ameen.
22nd September 2013.
Two days away from 9 months of marriage, and counting insyaAllah~
biiznillah~ |
p/s: Before anything happened sometimes my friends would tease me with him, one of them saying that usually the amir&amirah would end up getting married like her sis and brother-in-law. That was a few years earlier when we were just given that responsibility. I said, tak mungkin. Reject2. I guess you should never say never.
For me, Islam empowers women in allowing us to choose her own spouses. If someone comes to her in offer of marriage and she is disagreeable, she can easily say no. So there is no difference vice versa.
Marriage is no small thing... There are some things we can be shy about, there are some things we shouldn't be.
We could easily wait, and who's to say there haven't been any to offer their hand, no?
But choosing a spouse is like deciding our heaven and hell. If you feel that someone isn't right, maybe they aren't. As long as you have a valid reason in saying no...
Anyway, there are a few other sources I've read, but am currently unable to find them, and laptop is in Bandung. InsyaAllah later...
So there goes my story.. Puas la hati korang yang nak tau cerita kan..? haha. gitulah ceritanya...
Someone once said: "Marriage does not need love for a start. But blessing is."
Hopefully there's something beneficial somewhere. A little, if not much.
Until next time...
Currently 35 weeks pregnant, 35 days to go if baby follows the schedule ^_^
May Allah ease...
Pray for us, please?
Assalamualaikum.
Ya, mak buyung masih belum lupa yang dia ada blog. Maafkanlah saya -_-'
Harini terdetik untuk mencoretkan sesuatu di sini.
Betapa Islam itu benar-benar merupakan suatu cara hidup, bukan sekadar ritual. Dan betapa benda yang kita sangka kecil, yang kita sangka tak penting, itulah perkara yang dapat menentukan kita ke syurga atau neraka pada akhirnya. Kerana kesannya kepada diri kita, agama kita, dan hubungan kita dengan Allah.
Ya, itulah dia. Husnuzhon. Berbaik sangka dengan orang lain. Berbaik sangka dengan Allah.
Bila kita belajar, kita pun oh, okay. Sangka baik. Tetapi saat kita berhubungan dengan manusia lainlah kita akan diuji dengan kefahaman kita tentang suruhan Allah dan Rasul ini.
Cuba bayangkan jika dalam kepala kita sentiasa memikirkan yang buruk tentang orang lain.
Bila orang lain mengadu kepada kita tentang seseorang, jauh daripada menenangkan orang itu, kita api-apikan lagi. 'Memanglah, tengok jelah bla bla bla'.
Dan kita lupa, mungkin saja apabila kita tiada, orang itu mengadu pula kepada orang lain tentang kita.
Sukakah kita jika orang tersebut berbuat seperti kita?
"Memanglah, perangai macam tu bla bla bla"
Kadang-kadang, orang bercerita kepada kita bukan untuk mengumpat. Sekadar meluahkan, untuk menghilangkan rasa yang mengganjal dalam hati. Meminta nasihat, meminta ditenangkan.
Tapi kita ingat orang tu saja nak complain kat kita. Itu tanda orang tu tak puas hati.
Dah tu pulak, kita pergi kat orang yang menjadi subjek 'pengaduan' tadi, dan kita pergi kata, "Jangan ingat X tu diam maknanya dia suka apa kau buat. X lah yang bercerita semua pasal kau. Blablabla"
Akhirnya kita jadi batu api. Takde api pun sebenarnya, everything was just fine, tapi mungkin dalam diri kita ada 'api' yang tidak padam, kita nak sebarkan kat orang lain. Walhal everybody was okay before.
Kadang-kadang tak salah nak meluahkan. Tapi jadilah dewasa, cakap macam dewasa. Layan orang macam dewasa. Bukan budak-budak. Bukan untuk memperkecilkan. Bukan untuk jadi besar dan tunjuk 'oh aku lebih tahu dari kau.' Itu semua hanya menyakitkan dan menimbulkan kemarahan. Dan akhirnya semua menyesal.Tahukah kita, manusia ni macam boleh sense tau niat kita. Hati kita akan terpancar pada perbuatan kita. Kalau kita ikhlas, orang boleh rasa. Dan macam tulah sebaliknya.
Dah itu je nak cakap.
Kadang-kadang, benda kecil ni yang kita kena betul-betul amalkan.
Jadi qudwah (ikutan, contoh) yang baik. Dakwah bil hal itu jauh lebih berkesan dari dakwah dengan kata-kata.
Jangan suatu hari nanti kita menyesal bila semua orang dah meninggalkan kita.
Bersangka baiklah dengan orang lain.
Dan ajaklah orang lain untuk turut melakukan yang sama.
p/s: Doakan saya. Sudah hamil hampir 33 minggu...
p/s2: Jom hadam kisah Hasan Al-Basri di bawah:
Hassan al-Basri pada suatu hari melihat seorang pemuda sedang berasmara dengan seorang wanita, di tepi Sungai Dajlah.
Bersama pasangan yang sedang asyi maksyuk itu, terdapat sebotol arak. Hati kecil Hasan al-Basri lalu berbisik:
“Alangkah jahatnya orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku!”
Pada masa sama, Hassan melihat sebuah perahu yang berada tidak jauh dari lokasi pasangan itu memadu asmara. Perahu itu dipenuhi air dan hampir tenggelam.
Lelaki yang berasmara itu terjun ke sungai untuk menyelamatkan penumpang dalam perahu yang hampir tenggelam. Jumlah kesemua penumpang yang ada berjumlah tujuh orang.
Setelah bertungkus lumus, lelaki itu berjaya menyelamatkan enam orang, manakala seorang lagi masih belum dapat diselamatkan.
Lelaki tersebut berada dalam situasi yang lemah dan hampir tidak lagi dapat berenang untuk selamatkan seorang lagi penumpang. Dalam nafas yang tercungap-cungap, lelaki itu menghampiri Hasan al-Basri.
Melihatkan wajah Hasan al-Basri, lelaki itu berkata: “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang.”
Hasan al-Basri berusaha membantu, tapi beliau gagal menyelamatkan yang seorang mangsa perahu karam itu.
Dengan rasa yang kecewa, lelaki berkenaan menjelaskan: “Tuan, sebenarnya wanita yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan arak. Ini hanya untuk menguji tuan.”
Mendengarkan penjelasan itu, Hassan al-Basri berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi daripada bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya daripada tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.”
Hasan al-Basri sedar bahawa beliau sebenarnya dilanda buruk sangka terhadap lelaki yang berdua-duan di tebing sungai tersebut. Tanpa mencari fakta sebenar, beliau telah membuat prasangka yang keterlaluan. Bagaimanapun, setelah menyedari prasangka buruk itu, Hasan al-Basri segera berusaha memperbetulkan kesilapan.
Lelaki yang disangka buruk itu kemudiannya menjawab: “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.”
Sejak dari peristiwa buruk sangka itu, Hasan al-Basri berubah. Tidak membuat praduga keterlaluan dan sentiasa merendah diri. Dia sedar, dirinya adalah makhluk biasa yang tidak sempurna dan sentiasa berbuat salah.
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Assalamualaikum!
A cheery greeting after such a long hiatus...
Yes, after being such a drama queen in my last post, I can now say that alhamdulillah, we've past the hardest stages, being the first trimester...alhamdulillah.
...and yes, that means I am pregnant even though I was worried 'coz my tummy wasn't getting big --"
I am now 18 weeks along... but we don't know yet if it's a boy or a girl..... waiting for my next antenatal checkup tomorrow ^_^ hopefully we can find out.
Sometimes, it just hits me how my life has changed so fast, and how far my single years seem now.
How finding out I was pregnant was such a blessing because I did have my doubts, since I had close relatives who were unable to conceive, or had to wait so long to get an offspring... Although I do doubt that it's mainly because of inadequate nutrition, wallahua'lam... only Allah knows best.
Anyhow, my days in surgery posting are almost coming to an end. Tomorrow I'm having my final exams, OSCE. There are 9 stations, but we only have to enter 3. Make dua for me, please?
I feel like my writings have become rustic. I've only been writing about what's been happening in my life, post-BM. Like my blog has become a marriage blog >.<
But I guess that's okay, because life is after all our biggest tarbiyah. Whatever Allah puts us through, He will always make us prevail... As long as we remain steadfast and have complete trust in him...
Ramadhan's coming soon... Let's increase our momentum for this once in year ibadah marathon...
My first Ramadhan as a wife and final one before becoming a mother.
May Allah ease everything....
p/s: My sister and two of my sisters-in-law are pregnant too! SubhanaLlah.. That makes four of us.
My father is gonna be sooo happy^_^
My sister's having a boy. Hopefully my curiosity will end tomorrow!
Until next time insya Allah, truthfully I have so much to write about... but everything has it's time and place. ;)
Have a nice day, filled with His barakah and love~
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
We found out the night before I went to Garut.
We were almost completely sure about an hour before I left.
-Yes, that's where I am now, though I do return every weekend.-
and we confirmed it the next week at a clinic after a daurah I went to.
(eventhough technically, the same test is done in the early stages)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yg mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dgn mengatakan: "Janganlah kamu takut & janganlah merasa sedih; & gembirakanlah mereka dgn jannah yg telah dijanjikan Allah kepadamu".
Keimanan kita sentiasa akan diuji.
Dan aku yang mengaku Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai nabi dan utusanNya, pasti akan diuji tentang kesaksian itu kan?
Sebetulnya Garut adalah tempat terakhir yang aku mahu pergi. Tapi rasa hati kuat mengatakan memang Allah akan campak aku jauh-jauh... dan memang terbukti benar. Apapun, mungkin inilah cara Allah mengabulkan doa agar memberikan aku tempat yang terbaik. Siapalah kita untuk menguji tiap keputusan Sang Pencipta bukan?
5 minggu, atau efektifnya 4 minggu di sana, moga ada kebaikannya di sana. Yakin, Allah bersama sangkaan para hambaNya...
Sebelum ini, gusar juga apabila Allah terlalu mudah mengkabulkan doa, mempermudah bermacam urusan dunia dan akhirat. Bukan tidak bersyukur, cuma bimbang, ianya kerana Allah tidak suka mendengar permintaan hambaNya ini dan terus kabulkan :S
Begitulah para sahabat radiyallahu anhum ajmain.
Saat tiada kesukaran dan kesusahan dalam hidup mereka, mereka malah menangis... kerana takut Allah sudah tidak mencintai mereka, lantas tidak lagi membebani mereka dengan ujian...
Padahal kita, menangis berhari-hari kerana ujian yang Allah timpakan...
Masih jauh kita daripada mereka... dan aku, lebih jauh lagi.
Dekatkanlah aku kepada mereka ya Allah!
Titipkanlah doa buat saya, ya?
Kita hanya manusia, dan manusia sering terlupa. Marilah mengingatkan sesama kita, moga berjumpa di syurga~
Khabab datang menemui Rasulullah Saw. yang sedang beribadah di Ka'bah. Ia mengadukan ketidakmampuannya menghadapi penyiksaan yang bertubi-tubi : "Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran?! Lalu mengapa Allah tidak segera memberikan kemenangan? Khabab mendesak Rasulullah untuk segera berdo'a kepada Allah, meminta kemenangan.
Membaca kisah ini buat kali pertama, memang membuat hati kita tersentap.
Berapa kali kita merintih dan berdoa meminta sesuatu kepada Allah, namun Allah menangguhkan permintaan kita?
Dan seberapa besar sangatkah masalah kita apabila dibandingkan dengan ujian yang menimpa orang-orang yang telah mendahului kita?
Benarlah kata Rasulullah... kita sering tergesa-gesa.
Kita menyangka iman kita sudah cukup mantap, lalu kita marah apabila permintaan kita tidak langsung dikabulkan.
Kita marah kepada Allah dan bersangka macam-macam, sedang kita lupa bahawa Allah lah sebaik-baik Perancang.
Sedikit penjelasan tentang hadith di atas;
"Dalam menjelaskan hadith tersebut, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengungkapkan, (hadith) ini merupakan isyarat perihal wajibnya bersabar kala menghadapi ujian dalam menunaikan agama.
(Syarhu Shahih Al-Bukhari, 9/356)
Sesungguhnya sikap sabar kepada Dzat Allah dalam menghadapi cobaan merupakan salah satu sebab (seseorang) masuk syurga, kerana sesungguhnya makna ayat (dari surat Al-Baqarah: 214) yaitu bersabarlah kalian hingga kalian masuk surga."
(Tafsir Al-Qur’an Al-Karim)
Bak kata omputih, "Rome wasn't built in a day..."
Sifat sabar itu suatu kewajipan buat seorang muslim... Untuk membina suatu bangunan pun mustahil dapat dibina dalam masa sehari bukan ?
Dan sekecil mana pun permintaan dan kemahuan kita, ingatlah dan tanamkanlah dalam hati...yang berhak untuk menunaikannya hanyalah Allah Ar-Razzaq..
Kewajipan kita hanyalah berikhtiar... Dan selanjutnya, kita serahkan kepada Allah, yang sudah pasti membagi-bagikan rezekiNya kepada setiap makhlukNya... Siapalah kita untuk mempersoalkan Allah yang mentadbir seluruh alam ini, yang Maha Berdiri Sendiri... ?
Jadi tanamkanlah kekuatan sabar dalam diri kita. Menjaga hati kita dengan sentiasa mengekalkan segala sangkaan yang baik terhadap Allah... Dan dari hati yang bersih dan sentiasa positif itu lahirlah semua yang positif insyaAllah...
Hanya dengan begitulah baru memungkinkan kemenangan dalam dakwah... Islam pasti... Pasti menang di akhirnya... Pengakhiran yang kita tidak tahu kapan munculnya...
Sedikit perkongsian dari karya Al-Munthalaq- Ahmad Rasyid
"Untuk menyelesaikan permasalahan dunia Islam pada hari ini, tidak perlu kepada berpindahnya bilangan yang besar dari mereka yang lalai dan menyeleweng kepada berpegang teguh dengan Islam..tetapi apa yang diperlukan adalah MENYEDARKAN mereka yang sudah pun berpegang dengan Islam, membangkitkan KESUNGGUHAN mereka dan memperkenalkan mereka kepada jalan amal dan fiqh dakwah.Masih ramai dari kalangan orang-orang mukmin, bilangan mereka sudah mencukupi untuk menegakkan kebaikan yang kita cita-citakan, tetapi dengan syarat apabila mereka mengenali TAJARRUD, zuhud terhadap dunia, menjauhkan diri dari fitnah, sabar atas segala mehnah dan memahami seni memimpin ummat"
Namun kemenangan itu datang dari jiwa yang kuat... Dan masakan jiwa yg teguh itu didapatkan jika usaha mendapatkan sabar itu kita tidak usahakan.
Maka apa saja mehnah yang menimpa kita dalam kehidupan ini, tidak mungkin tidak Allah menyelitkan tidak sedikit hikmah dan kebaikan di sebaliknya... Begitulah tanda kecintaan Allah kepada kita.
Terkadang kesempurnaan itu kita terlalu sering kejar... Sehinggakan kita lupa bahawa kita juga manusia. Kita ada kelemahan, kita punya kekurangan...
Dan sebenarnya dari kelemahan-kelemahan kita itulah Allah mahu mendidik kita.
Yakinlah...Bersabarlah... Dan teguhkanlah hatimu. Setiap sesuatu ada waktunya. :)
Iman seorang mukmin akan tampak di saat ia menghadapi ujian. Di saat ia totalitas dalam berdoa, tapi ia belum melihat pengaruh apapun dari doanya. Ketika, ia tetap tidak merubah keinginan dan harapannya, meski sebab-sebab putus asa semakin kuat. Itu semua dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa hanya Allah saja yang paling tahu apa yang lebih maslahat bagi dirinya. Ia yakin bahwa dengan ujian itu, Allah ingin melihat tingkatan kesabaran dan keimanannya. Ia yakin bahwa dengan keadaan itu, Allah menghendaki hatinya menjadi luruh dan pasrah kepada-Nya. Atau, boleh jadi melalui ujian itu, Allah menghendaki dirinya untuk lebih banyak lagi berdoa sehingga ia lebih dekat lagi dengan-Nya melalui doa-doanya.
(Shaidul Khatir)
(Shaidul Khatir)
Wallahua'lam. Segalanya kembali kepada persoalan dan kualiti iman dalam diri kita...
Jagalah Allah, jagalah Islam, jagalah iman dalam diri, insyaAllah semua pengakhirannya baik-baik belaka.
Tetap semangatlah wahai pemuda!
Reminder for the soul
Aku hairan dengan orang yang tahu bahawa dunia adalah sementara, tapi mengapa ia sangat mencintainya;
Aku hairan dengan orang yang mengetahui semua urusan telah ditakdirkan, tapi mengapa ia takut kehilangan;
Aku hairan dengan orang yang mengetahui bahwa hisab adalah suatu kepastian, tapi mengapa ia tetap mengum
Aku hairan dengan orang yang mengetahui panasnya api neraka, tapi mengapa ia tetap berbuat dosa;
Aku hairan dengan orang yang mengaku mengenal Allah, tapi mengapa ia meminta tolong kepada selain-Nya;
Aku hairan kepada orang yang mengaku mengetahui kenikmatan syurga, tapi mengapa ia merasa hidup tenang di dunia;
Dan aku hairan kepada orang yang mengetahui syaitan adalah musuhnya, tapi mengapa ia mentaatinya.”
Uthman bin Affan Radhiyallahu anhu